Sunday, January 24, 2010
Ustad Danu membahas Batu Empedu
Diantaranya :
1. Penyakit batu empedu, biasanya disebabkan kebiasaan menambah-nambah / "mbumbui" cerita.
2. Kanker payudara, disebabkan kejengkelan terpendam pada suami.
3. Kaki tidak bisa digerakkan, keinginan yang besar tanpa memperhatikan kondisi sekitar. Ada juga yang seorang atlit Basket, sangat susah berdiri karena ada pengapuran ditempurung lutut. Hal ini disebabkan kemauan yg sangat besar yang menyebabkan kedua orangtuanya tidak senang.
Dan saat pengajian itu, si pemuda mau mengakui kesalahannya, mohon ampun kepada Alloh dan kedua orang tua, Alhamdulilah yang tadinya susah berdiri, seketika itu juga mampu berdiri. Subhanalloh.
Semoga menjadi pelajaran bagi kita.
Tuesday, January 19, 2010
Belanja Iklan Indonesia 2009 Tembus Rp 48,5 Triliun
Nielsen: Belanja Iklan Indonesia 2009 Tembus Rp 48,5 Triliun
JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil survei Nielsen menunjukkan, nilai belanja iklan sepanjang tahun 2009 mencapai Rp 48,5 triliun, naik 16 persen dibandingkan dengan tahun lalu dan peningkatan terjadi di semua media.
"Lebih dari Rp 29 triliun beriklan di televisi, sekitar Rp 16 triliun di koran, dan lebih dari Rp 1 triliun di majalah dan tabloid," ucap Senior Manager Media Nielsen Maika Randani di kantornya, Mayapada Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (19/1/2010).
Data tersebut diperoleh dari penelitian terhadap 103 koran (nasional dan lokal), 165 majalah dan tabloid, serta 24 stasiun televisi (nasional dan lokal) berdasarkan published rate card, tidak termasuk iklan baris, tidak pula menghitung diskon, promo, dan lainnya.
Maika mengatakan, iklan juga menghabiskan waktu lebih lama di layar televisi, naik 5 persen dari tahun sebelumnya. Ada lebih dari 21.000 jam total iklan yang tayang pada 2009 atau setara dengan 57 jam per hari.
Sementara total durasi program adalah 202.901 jam selama tahun 2009. Artinya, rata-rata durasi program iklan pada 2009 sekitar 555 jam per hari, ada 10 persen iklan dari total program pada 2009.
Jumlah spot iklan di majalah dan tabloid mengalami penurunan masing-masing 3 persen pada volume iklan yang masuk. Tren peningkatan iklan hampir di semua sektor produksi, tetapi yang paling mendominasi adalah layanan korporasi, telekomunikasi, toiletries, dan minuman.
"Keempat sektor tersebut mampu meraih share double digit. Namun, kenaikan terbesar adalah section baby dan maternity product," ucap Maika.
Untuk posisi teratas pada tahun 2009 ditempati oleh komunikasi, yaitu Rp 3,8 triliun, meski angka tersebut turun 11 persen dibandingkan dengan tahun 2008, yaitu Rp 4,3 trikiun. Disusul sektor pemerintahan dan politik dengan belanja iklan Rp 3,6 triliun atau naik secara signifikan 64 persen dari tahun 2009 sebesar Rp 2,2 triliun.
"Keadaan ini sehubungan dengan adanya kampanye pemilu di awal 2009," kata Maika.
Ditanya soal tren iklan lima tahun ke depan, Maika memaparkan, TV masih akan menjadi media favorit pengiklan. Namun, tidak sedikit pula pengiklan yang nantinya memasang iklan di koran.
Dengan memasang iklan di koran, ujar Maika, pengiklan lebih mendapatkan engagement dengan para customer-nya. Mereka dapat lebih detail melihat feature-feature, informasi yang lebih mengenai produknya yang termuat pada iklan di koran.
Tentang penghitungan iklan pada portal media online, Nielsen sampai saat ini masih mencari cara yang pas, adil, dan akurat untuk menghitung iklan di website yang ada.
"Tiap kami mengeklik iklan, pasti akan muncul tampilan, selanjutnya akan terus muncul, maka kami masih mencari bagaimana cara yang pas, adil, dan akurat untuk menghitung iklan yang ada pada website," ujarnya.