Assalamualaikum Warohmatullahi
Wabarakatuh,
Saudaraku,
Ada seorang Pembuat Rumah (tukang) yg sudah tua siap untuk segera pensiun dari pekerjaannya. Dia mengatakan kepada kontraktor majikannya tentang rencananya untuk meninggalkan bisnis bangunan rumah dan menjalani kehidupan yang lebih santai dengan istrinya sambil menikmati sisa-sisa harinya bersama keluarga besarnya.
Sebenarnya sayang juga sih pekerjaan tersebut bagi tukang kayu itu karena telah memberinya gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya selama ini, tapi ia harus pensiun karena usia semakin bertambah sepuh dan tenaga serta penglihatannya sudah mulai berkurang kemampuannya.
Pemilik usaha Kontraktor rumah itu sangat kecewa dengan keputusan pegawainya yang baik dan cekatan itu untuk berhenti dari pekerjaannya dan setelah tercenung beberapa saat kemudian lalu ia bertanya apakah tukang kayu itu bersedia untuk membangunkan baginya lagi satu rumah yang terakhir sebagai bantuan pribadi. Tukang kayu mengatakan ya, tetapi nampak dari raut wajah dan suaranya waktu itu mudah sekali untuk dapat dilihat bahwa hatinya tidak dalam karyanya. Dia bekerja dengan ogah-ogahan dan hasil pekerjaannya pun sangat berada di bawah standard kerjanya selama ini dan juga ia mempergunakan bahan-bahan dengan kualitas yang sangat rendah. Sambil terus menggerutu di dalam hatinya karena ia bekerja dengan anggapan akan mendapatkan imbalan hanya "Thank You" saja dan ia-pun menganggap bahwa cara yang ia lakukan ini adalah cara yang cukup layak untuk mengakhiri karirnya toh besok-besok dia tidak akan bertemu kembali dengan bosnya itu.
Ketika tukang kayu telah rampung menyelesaikan pekerjaannya dan pemilik usaha kontraktor pembangun rumah datang untuk memeriksa rumah, kontraktor itu kemudian secara tidak terduga menyerahkan kunci pintu masuk rumah itu kepada tukang kayu seraya berkata, "Ini adalah rumahmu" katanya, "hadiah saya kepada Anda".
Sungguh sangat teramat kelewat mengejutkan kejadian ini bagi si tukang itu !! Sayang sekali!! Jika saja ia mengetahui bahwa yang sedang dibangunnya tadi itu adalah tempat yang akan menjadi rumahnya sendiri tentu ia akan melakukan itu semua dengan cara yang begitu berbeda dari perlakuannya sebelumnya. Sekarang ia mendapati kenyataan pahit bahwa ia harus memperoleh tempat tinggal di rumah yang dibangunnya dengan asal-asalan dengan kualitas bahan bangunan yang tidak baik serta di bawah standard.
Begitu pula analogi kisah ini dengan keadaan kita, saudaraku . . Kita seringkali membangun kehidupan kita dengan cara yang asal-asalan dan kurang kesungguhan, bereaksi berlebihan karena selalu berhitung menimbang-nimbang secara kalkulasi "untung-rugi", senantiasa bersedia untuk mempertontonkan hasil kerja sendiri jauh dari hasil karya terbaik yang dapat kita lakukan. Pada poin penting ini faktanya adalah kita tidak bersedia berjuang sungguh-sungguh untuk memberikan kinerja dan talenta terbaik kita. Kemudian dengan sangat terkejut kita melihat situasi yang telah kita ciptakan dari hasil pekerjaan asal jadi itu dengan bersungut-sungut dan menyesal kemudian.
Pikirkan diri Anda sebagai tukang kayu ini. Pikirkan tentang rumah Anda. Setiap hari Anda palu paku-paku menghujam dinding papan masa depan anda sendiri, atau mendirikan dinding-dinding kokoh untuk sendi-sendi fondasi kehidupan anda di masa mendatang.
Mulailah merajut dan membangun masa depan dengan kesungguhan dan perjuangan semaksimal yang dapat anda lakukan. Bahkan jika seandainya saja Anda tinggal di dunia ini untuk hanya satu hari lagi saja dalam perjalanan hidup anda, maka isilah dan laluilah sisa hari yang akan anda jalani itu dengan kehidupan yang layak melalui hidup secara anggun dan bermartabat.
Sebagai pebisnis, sepantasnya anda juga akan men-"Treatment" segala upaya anda agar dapat menjadi pebisnis yang tangguh dan sukses . . Dan bila ada peluang yang akan membuat bisnis anda semakin maju dan berkembang, maka segera sambar dan ambil kesempatan berharga itu, sebelum anda juga akhirnya menjadi termasuk golongan "barisan penggerutu" karena karena lamban dalam mengambil keputusan dan malas membuka mata cerdas anda dalam menangkap peluang berharga di depan mata . .
Semoga bermanfaat . .
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,
Saudaraku,
Ada seorang Pembuat Rumah (tukang) yg sudah tua siap untuk segera pensiun dari pekerjaannya. Dia mengatakan kepada kontraktor majikannya tentang rencananya untuk meninggalkan bisnis bangunan rumah dan menjalani kehidupan yang lebih santai dengan istrinya sambil menikmati sisa-sisa harinya bersama keluarga besarnya.
Sebenarnya sayang juga sih pekerjaan tersebut bagi tukang kayu itu karena telah memberinya gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya selama ini, tapi ia harus pensiun karena usia semakin bertambah sepuh dan tenaga serta penglihatannya sudah mulai berkurang kemampuannya.
Pemilik usaha Kontraktor rumah itu sangat kecewa dengan keputusan pegawainya yang baik dan cekatan itu untuk berhenti dari pekerjaannya dan setelah tercenung beberapa saat kemudian lalu ia bertanya apakah tukang kayu itu bersedia untuk membangunkan baginya lagi satu rumah yang terakhir sebagai bantuan pribadi. Tukang kayu mengatakan ya, tetapi nampak dari raut wajah dan suaranya waktu itu mudah sekali untuk dapat dilihat bahwa hatinya tidak dalam karyanya. Dia bekerja dengan ogah-ogahan dan hasil pekerjaannya pun sangat berada di bawah standard kerjanya selama ini dan juga ia mempergunakan bahan-bahan dengan kualitas yang sangat rendah. Sambil terus menggerutu di dalam hatinya karena ia bekerja dengan anggapan akan mendapatkan imbalan hanya "Thank You" saja dan ia-pun menganggap bahwa cara yang ia lakukan ini adalah cara yang cukup layak untuk mengakhiri karirnya toh besok-besok dia tidak akan bertemu kembali dengan bosnya itu.
Ketika tukang kayu telah rampung menyelesaikan pekerjaannya dan pemilik usaha kontraktor pembangun rumah datang untuk memeriksa rumah, kontraktor itu kemudian secara tidak terduga menyerahkan kunci pintu masuk rumah itu kepada tukang kayu seraya berkata, "Ini adalah rumahmu" katanya, "hadiah saya kepada Anda".
Sungguh sangat teramat kelewat mengejutkan kejadian ini bagi si tukang itu !! Sayang sekali!! Jika saja ia mengetahui bahwa yang sedang dibangunnya tadi itu adalah tempat yang akan menjadi rumahnya sendiri tentu ia akan melakukan itu semua dengan cara yang begitu berbeda dari perlakuannya sebelumnya. Sekarang ia mendapati kenyataan pahit bahwa ia harus memperoleh tempat tinggal di rumah yang dibangunnya dengan asal-asalan dengan kualitas bahan bangunan yang tidak baik serta di bawah standard.
Begitu pula analogi kisah ini dengan keadaan kita, saudaraku . . Kita seringkali membangun kehidupan kita dengan cara yang asal-asalan dan kurang kesungguhan, bereaksi berlebihan karena selalu berhitung menimbang-nimbang secara kalkulasi "untung-rugi", senantiasa bersedia untuk mempertontonkan hasil kerja sendiri jauh dari hasil karya terbaik yang dapat kita lakukan. Pada poin penting ini faktanya adalah kita tidak bersedia berjuang sungguh-sungguh untuk memberikan kinerja dan talenta terbaik kita. Kemudian dengan sangat terkejut kita melihat situasi yang telah kita ciptakan dari hasil pekerjaan asal jadi itu dengan bersungut-sungut dan menyesal kemudian.
Pikirkan diri Anda sebagai tukang kayu ini. Pikirkan tentang rumah Anda. Setiap hari Anda palu paku-paku menghujam dinding papan masa depan anda sendiri, atau mendirikan dinding-dinding kokoh untuk sendi-sendi fondasi kehidupan anda di masa mendatang.
Mulailah merajut dan membangun masa depan dengan kesungguhan dan perjuangan semaksimal yang dapat anda lakukan. Bahkan jika seandainya saja Anda tinggal di dunia ini untuk hanya satu hari lagi saja dalam perjalanan hidup anda, maka isilah dan laluilah sisa hari yang akan anda jalani itu dengan kehidupan yang layak melalui hidup secara anggun dan bermartabat.
Sebagai pebisnis, sepantasnya anda juga akan men-"Treatment" segala upaya anda agar dapat menjadi pebisnis yang tangguh dan sukses . . Dan bila ada peluang yang akan membuat bisnis anda semakin maju dan berkembang, maka segera sambar dan ambil kesempatan berharga itu, sebelum anda juga akhirnya menjadi termasuk golongan "barisan penggerutu" karena karena lamban dalam mengambil keputusan dan malas membuka mata cerdas anda dalam menangkap peluang berharga di depan mata . .
Semoga bermanfaat . .
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,
source : group Yuk Bisnis Property
No comments:
Post a Comment